Senin, 24 Oktober 2022

Hotel Impian

Pentigraf
By : Ye Es

Surat undangan Diklat itu membuat Pak Herdi senang. Betapa tidak, sudah hampir dua tahun sejak berkecamuknya covid 19, tidak pernah merasakan stay di hotel dalam acara diklat atau semacamnya. Sudah terbayang tidur di kasur empuk, makan enak, ruang ber-AC, atau mandi shower air hangat. Bayangan keindahan dan kenyamanan  sudah berseliweran di pelupuk matanya.

Setelah check in, mulailah petualangan yang diimpikannya itu. Memang kali ini tidak semewah di hotel bintang lima, tapi lumayan untuk sekedar merefresh dirinya dari kepenatan. Setidaknya bisa makan enak gratis sepuasnya dengan menu standar untuk perbaikan gizi. Pak Herdi tak menyia-nyiakan kesempatan yang ada. 

Namun, nampaknya harapan tidak selalu sesuai dengan realita. Di pagi yang masih buta, perut mulas membuatnya terjaga. Walau merasa lega telah membuang hajat di atas toilet duduk, namun ia mendadak  kelimpungan. Air dari selang tak keluar. Tombol pembuangpun tak berfungsi. Pak Herdi mencoba kran di wastafel, shower, semua tak berfungsi. Ia metutup lobang toilet yang mulai mengganggu aroma ruang sempit itu. Dengan hanya  berkaos oblong dan handuk ia menapaki tangga dari lantai tiga menemui petugas hotel di lantai bawah. "Mohon maaf, karena semalam mati lampu, suplai air di hotel terganggu." Petugas menunjukkan kamar kecil di samping mushola, mungkin ada sisa air yang bisa digunakan. Pak Herdi harus berjalan lagi dengan pantat lengket. Untung suasana sepi karena penghuni hotel masih lelap.

Wiper, 221022
1

1 komentar: