Karya Yoyon Supriyono
Menjadi ojek online awalnya hanya iseng. Ketimbang nganggur dan ada sepeda motor yang juga nganggur. Daftarnya cukup mudah. Yang penting punya android, lalu download aplikasinya, daftar, beres. Selanjutnya tinggal standby dan mengikuti perintah aplikasi.
Usai hujan mereda sore itu aku mulai beraksi. Cuaca dingin menuntunku untuk mangkal di warung angkringan. Bandrek hangat dan nasi kucing sambal teri menu yang pas sambil nongki. Sebuah notif tiba-tiba muncul. Penumpang pertama dan penglaris, pikirku. Namanya Wulan. Cantik dan berhijab. Ia menunggu di gang Melati, tak jauh dari posisiku. Tujuannya ke Gegesik. Lumayan jauh. Ia sudah deal dengan tarif 46 ribu. Lumayan mahal dari biasanya yang cuma 30 ribu. Mungkin karena malam dan habis hujan.
Vario hitamku segera meluncur ke gang Melati. Karena tak kulihat ada orang, aku bermaksud ngechat dia. "Ayo Kang, jalan. Tadi habis ke toilet dulu." Wulan tiba-tiba muncul dari arah belakang dan langsung naik. Benar. Cantik dan berhijab. Walau tak begitu jelas karena ia menunduk dan cahaya lampu yang temaram.
Rute terus menuntun kami hingga melintasi pesawahan. Di tepi jalan terlihat ada sosok perempuan yang nampak menunggu tumpangan. Dalam cahaya lampu motor terlihat persis sama seperti Wulan, penumpangku. Kuhentikan varioku dan kutengok kebelakang. Aku terkejut karena tak ada siapa-siapa di belakangku. Saat kulihat lagi, perempuan yang seperti Wulan tadi sudah tak ada. Bersamaan dengan itu terdengar suara kikikan dari rimbunan pohon. Sontak bulu kudukku berdiri. Segera kutancap gas. Jalanan licin membuat laju motor tak terkendali. Sebuah gundukan tanah menjadi tempat perhentian terakhir. Gubrak. Aku sudah tak ingat lagi dimana kuberada.
Seremmm...
BalasHapus